Wednesday, December 16, 2015

Subhanallah!! Tak Mandi Ternyata Menyehatkan, Lho!

Detik.Com - Otak David Whitlock sangat waras. Insinyur kimia dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, ini juga terang tak bodoh. Tapi dia mengaku sudah lebih dari 12 tahun tak mandi.
Alasannya juga bukan karena dia malas mandi, melainkan, boleh percaya atau tidak, demi kesehatan. David percaya, manusia tak perlu mandi supaya tetap sehat. Justru mandi dengan sabun, kata David, malah menyingkirkan koloni bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan kulit.
"Tak ada peneliti yang pernah melakukan uji klinis terhadap orang-orang yang mandi setiap hari....

Lalu atas dasar apa kita menyimpulkan bahwa mandi merupakan kebiasaan yang sehat?" kata David kepadaCBS.
Menurut David, gaya hidup tanpa mandi yang dia praktekkan bertahun-tahun ini terinspirasi "gaya hidup" kuda. Pada musim tertentu, kuda suka berguling-guling di tanah. David menduga, kuda melakukannya bukan tanpa sebab. Binatang ini sengaja berguling-guling di tanah untuk melapisi tubuhnya dengan koloni bakteriNitrosomonas eutropha.
Bukan cuma kuda yang memanfaatkan koloni Nitrosomonas untuk menjaga kesehatan kulitnya. "Kerang, remis, kura-kura air tawar, dan lobster juga memiliki lapisan koloni Nitrosomonas.... Bahkan sebenarnya setiap organisme yang bersentuhan dengan tanah dan air pasti punya koloni bakteri ini di kulitnya," kata David Whitlock, seperti dikutipLivescience.
Getty Images
Sudah beberapa tahun terakhir David bekerja sama dengan Mother Dirt membiakkan koloni Nitrosomonas dan membuat produk perawatan kulit berbasis koloni bakteri tersebut. Kendati David tak pernah mandi, Jasmina Aganovic, Presiden Mother Dirt, tak pernah merasa terganggu. Penampilannya tetap bersih dan tidak menebarkan bau tak sedap. Apa resepnya? Sehari-hari, dia hanya menyemprotkan AO+Mist buatan Mother Dirt untuk menjaga pertumbuhan koloni bakteri Nitrosomonas di kulitnya.

Komponen terbesar dari keringat adalah air. Bau tak sedap di badan sebenarnya bersumber dari ammonia dan urea dalam keringat. Koloni bakteri Nitrosomonas, menurut David, mengurai amonia menjadi nitrit oksida dan nitrit. Sebagian besar sel dalam tubuh punya reseptor nitrit. Senyawa ini punya banyak manfaat, mulai melancarkan aliran darah hingga mengatur komunikasi antar-sel otak.
Masalahnya, sudah lama manusia kehilangan koloni bakteri Nitrosomonas. Lantaran manusia kelewat terobsesi dengan "kebersihan", bersama bakteri lain, koloni Nitrosomonas di kulit manusia ikut tersapu bersih. Padahal, tak seperti bakteri lain, pertumbuhan koloni Nitrosomonas di kulit manusia butuh waktu lebih lama. Itu pun dengan syarat tak digosok dengan sabun. "Bisa makan waktu berbulan-bulan," kata David Whitlock.
Menurut surveiEuromonitorbeberapa bulan lalu, orang Jepang, Tiongkok, Inggris, dan Jerman termasuk jarang mandi dan keramas dibanding warga Brasil atau Meksiko. Terlalu sering mandi, apalagi mandi dengan air panas, menurut Stephen Shumack, Presiden Australasian College of Dermatologists, malah kurang bagus bagi kesehatan. Tak cuma bakal mengikis lapisan kulit yang bermanfaat melindungi tubuh dari virus atau bakteri jahat, tapi juga menyingkirkan bakteri-bakteri yang mungkin bermanfaat bagi tubuh.
Seberapa sering kita mandi bergantung pada kondisi tubuh dan kulit. Kadang kita butuh mandi setiap hari jika banyak berkeringat dan tubuh berminyak. Tapi kadang, menurut Shumack, mandi seminggu dua atau tiga kali pun sudah lebih dari cukup. Kebiasaan mandi setiap hari, kata Shumack, sebenarnya belum berumur lama. Kebiasaan itu lebih erat kaitannya dengan tekanan lingkungan sosial ketimbang pertimbangan kesehatan.
"Pada masa Romawi, berdoa lebih penting ketimbang mandi untuk mencegah penyakit," kata Chris Callewaert, peneliti dari Universitas Ghent, Belgia. Menurut Chris, kulit punya mekanisme untuk membersihkan diri. "Kulit punya cara sendiri untuk mengendalikan bakteri di permukaannya."
Thinkstock
Supaya kulit tetap sehat, Greg Goodman, dosen di Universitas Monash, Australia, menyarankan supaya tetap mandi tapi dengan pembersih bebas sabun aliassoap-free cleanser. Sabun biasanya dibuat dari lemak nabati atau hewani ditambah alkalin seperti senyawa basa sodium hidroksida.
"Alkalin pada sabun biasanya melarutkan lapisan kulit. Permukaan kulit semestinya juga cenderung asam, dan bakteri yang baik suka dengan lingkungan yang agak asam.... Kulit yang sangat bersih justru tidak sehat," kata Goodman kepada Sydney Morning Herald.

No comments: